Pict source : huffingtonpost.com
Rasa percaya diri anak merupakan salah satu aspek perkembangan yang penting. Pada saat menjalani setiap fase, anak akan melalui berbagai macam situasi yang berbeda-beda dari lingkungan. Pada saat bersamaan, tentu saja anak akan dituntut untuk menyesuaikan diri.
Sebagai contoh, saat menginjak usia belajar di sekolah (usia TK misalnya), anak akan menemui lingkungan baru, yang berbeda dengan suasana rumah dan keluarga. Dalam situasi tersebut, sebisa mungkin anak akan mulai belajar beradaptasi. Proses penyesuaian diri berkaitan erat dengan keberadaan rasa percaya diri anak. Oleh karena itu, penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri sedini mungkin. Bagaimana caranya? Simak tips berikut.
1. Berikan tugas mandiri
Pict source : Rumahku.com
Pemberian tugas dapat mengenalkan beberapa aspek penting kepribadian anak, seperti tanggung jawab dan komitmen. Berikan penugasan yang sesuai dengan taraf kemampuan, agar anak tidak merasa enggan atau takut. Tanamkan bahwa setiap tugas yang diterima harus diselesaikan sendiri, atau dapat meminta bantuan orang lain untuk bagian tugas yang benar-benar dirasa sulit. Sebagai contoh, setelah bermain ingatkan anak untuk merapikan dan menyimpan mainannya sendiri, atau ajarlah anak untuk menyusun buku sendiri sesuai jadwal bila sudah memasuki usia sekolah. Seiring kemampuan anak menyelesaikan tugas yang diberikan, akan muncul kepuasan yang mengarah pada adanya rasa percaya diri.
2. Kenalkan dengan teman sebaya
P ict source : pikspost.com
Mengenalkan figur lain di luar lingkungan keluarga, akan melatih kemampuan anak dalam berinteraksi. Mengajak anak untuk mengenal teman sebaya dapat menjadi salah satu langkah yang efektif. Hal tersebut karena teman sebaya biasanya memiliki ketertarikan yang sama dengan anak, misalnya mulai dari makanan, mainan, sampai judul film kartun. Anak akan merasa lebih nyaman dan yakin jika melakukan suatu kegiatan bersama-sama. Kebersamaan anak dengan teman sebaya dapat mengajarkan proses berpikir akan adanya figur “teman”, yang selalu membersamai dalam kegiatan yang menyenangkan.
3. Atur ritme kelekatan anak
Pict source : news.stanford.edu
Kelekatan anak memang penting, karena akan mempengaruhi kedekatan anak dengan orang tua seraya ia bertumbuh. Namun bila terlalu dominan, kelekatan dapat memberikan dampak yang kurang baik. Hal tersebut dapat membuat anak terus bergantung pada orang tua dalam setiap situasi. Anak akan merasa tidak tenang bila tidak bersama orang tua. Oleh karena itu, penting untuk mengatur ritme kelekatan, dan mengajarkan bahwa dalam beberapa situasi anak harus bisa menghadapi sendiri.
Cobalah untuk mengajak anak keluar dariComfort Zone bersama orang tua. Biarkan ia bermain dengan figur lain atau teman sebaya seraya kita tetap memantau dari kejauhan. Bagi anak usia TK, cobalah untuk menetapkan ‘waktu belajar’ yang khusus diperuntukkan hanya untuk Guru, anak, dan teman-temannya, sementara orang tua dapat menunggu di luar ruangan atau meninggalkan untuk sementara waktu. Pola kelekatan yang baik dapat melatih kemandirian dan percaya diri anak.
4. Hindari pola berpikir “Harus paling bagus”
Pict source : Shutterstock
Seiring keberhasilan anak untuk mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan, biasanya tuntutan yang diberikan orang tua juga akan bertambah. Hal inilah yang harus diperhatikan. Adanya progres ketrampilan anak dalam tiap fase perkembangannya memang menjadi hal yang diharapkan, namun menetapkan target-target berlebihan yang harus dipenuhi malah hanya akan membebani anak. Apabila dalam suatu situasi anak tidak dapat mencapai target yang ditentukan, maka akan rentan muncul rasa rendah diri.
Berhati-hatilah untuk tidak selalu menuntut anak mencapai hasil paling baik di antara teman-temannya. Misalnya, mengharuskan anak memperoleh nilai sempurna di semua mata pelajaran, atau tidak boleh mendapat nilai buruk untuk mata pelajaran Matematika. Biarkan ia belajar dari kekurangan atau kesalahannyan, berikan kesempatan untuk memperbaikinya. Sediakan ruang lebih untuk anak belajar dari proses trial and error.
5. Terapkan Reward and Punishment
Pict so urce : happykidsearlylearning.com.au
Reward and Punishment, penghargaan dan hukuman. Pedoman proses belajar ini masih efektif untuk diterapkan hingga saat ini. Cukup sederhana untuk dilakukan, namun dapat memberikan pengaruhyang signifikan. Orang tua dapat memperhatikan pola belajar anak, dan hasil yang dicapai. Sekecil apapun itu, cobalah untuk memberikan apresiasi atas upaya yang telah anak lakukan.
Meskipun tampak sepele, reward yang diberikan akan mendidik anak bahwa ia akan dihargai jika telah berusaha semaksimal mungkin. Di sisi lain, punishment dapat diberikan jika memang dirasa perlu, dan pada prinsipnya bukan untuk menghukum tapi mengingatkan anak agar lebih baik lagi. Reward yang diberikan dapat berbagai bentuk, mulai dari pujian yang tulus, hingga hadiah yang menyenangkan, seperti mainan, es krim, atau buku bergambar. Sementara itu, punishment saat ini tidak lagi berbentuk bentakan atau pukulan batang kayu. Cukup memberikan batasan pada hal-hal yang anak sukai, seperti mengurangi jam menonton film kartun dan bermaingame.
6. Berikan pujian yang tulus
Pict source : aaviv center.co.il
Salah satu bentuk reward paling sederhana yang dapat dilakukan, karena hanya berupa kata-kata. Para orangtua, ingatlah selalu untuk mengucapkan kata-kata pujian, seperti ‘Terimakasih’, ‘Selamat’, ‘Bagus sekali’, dan sebagainya, bila anak telah melakukan suatu tugas. Pujian yang tulus dapat mengingatkan anak bahwa ia dihargai atas usaha yang telah dilakukan. Lebih jauh, jika anak dapat merasakan bahwa yang ia lakukan bisa bermanfaat bagi orang lain, rasa percaya dirinya akan semakin bertumbuh.
Oleh : Masri Primatomo, S.Psi.